Panas dan Hujan, Sempurna Karena Saling Berpasangan

Sudah seminggu ini di Banda Aceh terus di guyur hujan, namun akhir-akhir ini kurang lebih 3 hari hujannya terus-menerus sehingga menyebabkan beberapa wilayah di Aceh mengalami banjir yang cukup parah. Alhamdulillah air belum masuk ke rumah, namun menggenang di halaman dan beberapa ruas jalan sekitar kampung tempat saya tinggal. 

Saat hujan datang hal yang dirindukan adalah cuaca cerah yang dapat dinikmati untuk berbagai aktifitas. Hal sebaliknya saat cuaca cerah dan panas menyengat, hal yang dirindukan adalah turunnya hujan. Itu lah manusia selalu merindukan hal yang berbeda, itu lah manusia yang selalu menginginkan pasangan kenikmatan yang dirasakan. 

Namun kadang kita tidak sadar dengan kondisi seperti ini. Karena suatu hal, sehingga menyebabkan kita lalai dan tidak bersyukur.  Mungkin mungkin karena masalah pandemi, finansial, keluarga, pekerjaan, kesehatan dan lain-lain. 

Mudah sekali kita mencari kambing hitam, mudah sekali kita menghakimi. Alam kita salahkan, Tuhan kita salahkan, keluarga, bahkan mungkin saja tetangga pun menjadi sasarannya. Belum lagi saat ini kondisi Indonesia sedang di uji oleh Covid-19 yang sangat menghawatirkan.

Jika kita tidak berbesar hati dan berfikir positif pastinya akan semakin berat. Hal yang manusiawi, manusia selalu menginginkan situasi yang aman, tentram, damai dan, sejahtera selalu. Hal-hal yang sulit dan bersifat ujian sama sekali tidak diinginkannya, kalau perlu tidak pernah datang sama sekali dalam kehidupannya. 

Tapi tidak lah demikian, roda kehidupan itu selalu berputar. Kadang kita di atas, di samping, atau di bawah. Kadang bahagia-sedih, senang-kecewa, sehat-sakit, muda-tua, dan lain-lain selalu berpasangan. Tidak hanya manusia seluruh mahluk dan sifat-sifat yang ada di bumi ini pun telah Allah SWT ciptakan berpasangan. 

Hal ini semata-mata untuk menunjukan bahwa Allah SWT itu tunggal (Al-Wahiid - sifat ke-66). Selain daripada itu, tidak ada mahluk apa pun di dunia ini yang bisa berdiri sendiri tanpa ada perantara dari mahluk lain. Di sisi lain ini merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT untuk mengingatkan mahluk-Nya akan suatu nikmat. 

Banjir di Aceh Besar

Mengapa demikian? Karena pada umumnya manusia itu kurang pandai bersyukur. Terkadang rasa syukur akan muncul ketika sesuatu telah diambil kenikmatannya. Contohnya saat kita sehat, kita santai dan tidak memperhatikan masalah kesehatan. Setelah nikmat kesehatannya diambil, kita menderita sakit maka kita akan sadar betapa nikmatnya saat sehat. 

Seperti saat ini, kita sedang diguyur hujan terus-terusan. Kita sadar betapa nikmatnya saat cuaca cerah, kita bisa melaksanakan berbagai aktivitas. Tidak aneh jika hal sebaliknya akan terulang, saat cuaca cerah-panas terik hal yang diinginkan adalah turunnya hujan.

Inilah gambaran sifat manusia yang selalu menginginkan kenikmatan, kenyamanan, kebahadiaan, dan kurang pandai bersyukur akan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sifat yang lainnya yaitu saat diuji oleh Allah SWT oleh bencana, kemalangan, dan sesuatu yang tidak enak --- manusia cepat sekali berputus asa. 

Kita harus sadar akan kodrat manusia yang lemah dan cepat berputus asa, kita harus kembalikan kepada Allah SWT. Kita semata-mata hanya berikhtiar, Allah SWT lah yang telah menentukan Qodo dan Qadar-Nya.

Setiap kejadian semata-mata sebagai ujian bagi manusia, saat kebahadiaan datang apakah manusia itu tidak sombong dan pandai bersyukur, saat musibah atau kemalangan datang manusia tidak berputus asa dan bersabar. Tiada daya dan upaya hanya karena Allah SWT. 

Saat ujian banjir di mana-mana, rumah kebanjiran, harta benda banyak yang rusak, tidak bisa beraktivitas, dan lain-lain. Kalau kita tidak sabar tentunya sangat memberatkan dan membuat kita prustasi. 

Ini merupakan ujian, luruskan niat dan berfikir positif. Banjir datang itu merupakan hak air turun dari langit ke bumi sebagai berkah bagi manusia. Banjir kok berkah? Airnya berkah karena dapat menyuburkan berbagai tumbuhan, banjirnya muncul akibat hilangnya keseimbangan alam akibat bumi sudah tua dan rusak oleh ulah oknum manusia yang tidak bertanggung jawab. 

Bumi tidak siap menampung air akibat rusaknya alam. Banyak hutan yang gundul, lahan menjadi labil, tanah banyak yang beralih fungsi menjadi bangunan, rendahnya resapan air, sungai menyempit, buang sampah sembarangan, dan kesadaran terhadap lingkungan masih rendah.

Air hujan yang turun dengan intensitas tinggi hanya mengandalkan aliran ke laut, tanah dan pohon tidak banyak menyerap air. Konsekwensinya air meluap dan terjadilah ujian banjir kepada kita. Kita tidak dapat menghindar, saatnya introspeksi bagi diri kita bagaimana banjir ini dapat kita antisipasi dan cegah.

Mari berfikiran positif, hikmah yang dapat kita ambil yaitu kita harus lebih peduli lagi dengan lingkungan. Mulai dari menyiapkan tempat tinggal rumah, selalu menjaga kebersihan, peduli terhadap masalah sampah, dan semakin sadar akan pentingnya menjaga kelestarian alam. 

Banjir Kota Banda Aceh

Saat pandemi seperti sekarang ini, hujan pun bisa saja sebagai aturan dari Allah SWT agar tidak keluar rumah (WFH). Hujan menyebabkan sebagian besar masyarakat tidak beraktivitas di luar rumah, kondisi seperti ini secara tidak langsung menciptakan "Physical Distancing" secara alami. 

Sisi yang lain, mungkin saja ini juga sebagai teguran kepada kita yang selama ini lalai dengan aturan dari para umara (pemerintah) terhadap pandemi yang melanda Aceh, Indonesia, atau dunia saat ini. Aturan yang telah ditetapkan mungkin saja telah kita langgar sehingga tidak berjalan dengan efektif. 

Mari kita instrospeksi, mana tau benar adanya. Sisi lain saat hujan ini datang, keberkahan yang kita harapkan kepada Allah SWT yaitu berbagai macam penyakit yang ada bersih dicuci oleh alam. Kotoran, penyakit hanyut terbawa oleh aliran air. Salah satunya yaitu Covid-19 yang kita khawatirkan saat ini segera lenyap dari Bumi Rentjong ini. 

Doa dan harapan kedepannya semoga bencana banjir ini tidak lagi melanda kita. Mari tingkatkan ikhtiar kita untuk lebih peduli lagi dengan lingkungan dan alam yang kita cintai ini. "Jika kita menjaga dan menyayangi alam, alam pun akan menjaga dan menyayangi kita".