Hikmah Yang Tersirat Pada Pandemi Covid-19

Suatu yang pasti adalah ketidakpastian. Ketidakpastian itu sendiri yang pasti terjadi adalah kematian. Kematian adalah akhir dari hak dan kewajiban manusia di dunia. Ia akan kembali kepada Sang Pencipta untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka perbuat di dunia.

Covid-19

Pandemi Corona mengingatkan kita akan kematian, hampir setiap hari angka yang kita hitung adalah berapa orang yang terpapar oleh virus ini (Orang Dalam Pengawasan/ODP), berapa orang yang menderita (Pasien Dalam Pengawasan / PDP), berapa orang yang berhasil sembuh, dan berapa orang yang meninggal atas virus ini.

Hal yang paling ditakuti adalah terkait kematian itu sendiri, saat ini tercatat rasio kematian atas pandemi Corona di Indonesia (fatality) mencapai 9,3% dengan 48 kasus kematian yang merupakan kasus tertinggi di dunia. (Detik.com).

Kondisi seperti ini menjadi kehawatiran bagi kita, seluruh masyarakat Indonesia. Namun kita harus melawannya dengan berbagai upaya antisipasi baik di lingkungan pribadi, masyarakat, maupun lingkungan yang lebih luas. Doa dan harapan kita pastinya pandemi ini tidak menyebabkan banyaknya korban berikutnya.

Walaupun kematian itu pasti datang, kita berdoa dengan penuh pengharapan bahwa pada waktu tertentu - suatu saat nanti Allah SWT mencabut nyawa kita dalam kondisi yang baik. Sehingga saat ruh ini dicabut oleh pemilik-Nya berlangsung dengan baik pula.

Seperti yang telah kita saksikan dari berbagai sumber, bahwa saat ini mereka yang meninggal oleh Virus Coron mendapatkan perlakuan khusus dan tidak bisa sembarang orang yang dapat melakukannya. Ini adalah takdir yang harus kita sikapi dengan besar hati.

Keluarga harus memahami prosedur yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit, hal ini berkaitan dengan kemungkinan penularan, sensitivitas agama, adat istiadat, dan budaya yang selama ini dijalankan oleh pihak keluarga. (Bisnis.com).

Pihak rumah sakit dan petugas yang bertanggung jawab penuh atas proses pengurusan dan pemakaman jenazah. Keluarga harus ikhlas dan berbesar hati untuk melepaskan anggota keluarganya yang telah meninggal. Khusus untuk virus corona, tidak boleh ada pihak keluarga atau masyarakat yang hadir dekat dengan proses pemakaman tersebut.

Bahkan lubang kubur jenazah sendiri pun harus diatur potensi keselamatannya terhadap lingkungan sekitar. Seperti jarak lubang kuburan harus berjarak minimal 50 meter dari sumber air tanah yang digunakan untuk minum, 500 meter dari pemukiman masyarakat. (Kumparan.com).

Sebelum meninggal bagi Umat Islam, jenazah tetap dishalatkan terlebih dahulu dengan cara shalat ghaib. Tempat pelaksanaan shalat ghaib sebaiknya di rumah sakit tempat pasien meninggal. Namun shalat ini pun harus memperhatikan prosedur keselamatan yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit.

Kematian seperti ini bukanlah suatu pilihan bagi Si Kaya, Si Miskin, presiden, raja, pejabat negara, tokoh agama, artis, atau orang terkenal lainnya. Keluarga, tetangga, masyarakat tidak bisa bertindak seperti memperlakukan jenazah pada umumnya saat proses pemakaman.

Mereka hanya bisa melihat dari jarak jauh, mereka melepaskan dari jarak jauh, mereka berdoa dari jarak jauh. Inilah ujian dari Allah SWT kepada umatnya agar ikhlas dalam setiap hal di dunia ini. Semua milik Allah SWT, semua di dunia ini titipan Allah, pasti...dan pasti suatu saat Allah SWT akan mengambilnya kembali.

Peringatan Corona saat ini nyata mungkin ada di sekitar kita, keluarga kita, lingkungan kita, hanya Allah SWT lah yang memiliki wewenang atas semuanya. Saatnya kita menguatkan ikhtiar kita, ibadah kita, doa kita, dan kerjasama dengan pihak-pihak tertentu yang paham dengan masalah ini.

==================

"Secara tersirat pandemi Corona mengingatkan kita akan kematian"

==================

"Yaa Allah berikanlah kesehatan, keselamatan, umur panjang dan rizki yang baik. Muliakanlah hidup kami dan kematian kami. Selamatkanlah diri kami, keluarga kami, tetangga kami, Indonesia, dan masyarakat dunia dari pendemi Corona yang selama ini ada dihadapan kami".

"Jika suatu saat Engkau mencabut nyawa kami, kami memohon cabutlah nyawa kami dalam keadaan Iman dan Islam, dalam keadaan sehat, mudah dan tidak memberatkan / membebani siapapun. Berikanlah kelapangan hati kepada kami, keluarga kami, atas segala keputusan-Mu".

 "Berikanlah keteguhan Iman, Islam dan perilaku yang dapat menyelamatkan kami dari ujian pandemi Corona yang terjadi selama ini. Sesungguha Engkaulah tempat kami berlindung dan tempat kami kembali".

"Aamiin...aamiin...aamiin...Yaa Rabbal Alamin"

==================

*) Suara hati, saat sendiri, malam menjelang pagi.