Filosofi Pick Up Kosong
Ini merupakan pengalaman pribadi tahun 2011. Waktu itu kami bertiga ditugaskan untuk survey perkebunan dari perusahaan tempat kami bekerja. Kami bertiga dibagi dua mobil, saya mengendarai mobil operasional Kijang Pick Up. Sedangkan Pak Jemicha dan Pak Trisna menggunakan mobil Avanza.
Target perkebunan yang kami survey yaitu di Kabupaten Padang Lawas (Palas). Sekitar 350 Km dari kantor kami yang berada di Kota Padangsidimpuan. Perjalanan ditempuh dalam sehari sebetulnya bisa, namun tidak akan efektif.
Akhirnya kami merencanakan perjalanan dinas tersebut dilakukan sekitar 3 hari. Kami pun berangkat hari Selasa, dimana targetnya dapat tersurvey pada Hari Rabu, kemudian hari Kamisnya kami kembali ke Padangsidimpuan.
Target perkebunan yang kami survey yaitu di Kabupaten Padang Lawas (Palas). Sekitar 350 Km dari kantor kami yang berada di Kota Padangsidimpuan. Perjalanan ditempuh dalam sehari sebetulnya bisa, namun tidak akan efektif.
Akhirnya kami merencanakan perjalanan dinas tersebut dilakukan sekitar 3 hari. Kami pun berangkat hari Selasa, dimana targetnya dapat tersurvey pada Hari Rabu, kemudian hari Kamisnya kami kembali ke Padangsidimpuan.
Seperti formasi sebelumnya kami pun berangkat menuju tempat yang akan di survey, sebuah perkebunan sawit untuk melihat potensi distribusi produk di sana. Kami berjalan pagi-pagi untuk mengantisipasi cuaca yang kurang menentu.
Perjalanan pagi lancar, cuacanya pun mendukung. Seperti perkebunan lainnya, kita harus menempuh jalan tanah untuk masuk ke dalam. Kalau cuaca panas dan kering, sebetulnya tidak ada masalah dengan mobil kami. Namun kalau musim hujan, otomatis mobil yang cocok di jalur ini harus menggunakan mobil 4x4.
Kami pun dapat melewati perjalanan tanah karena waktu itu belum turun hujan. Survey perkebunan telah selesai. Kami pun pulang ke penginapan tanpa ada beban. Anggapan kami sekalipun hujan lebat kalau di jalan aspal akan aman.
Sekitar jam 14.00 kami pun meninggalkan perkebunan tersebut menuju penginapan. Tempat penginapan kami berada di Gunung Tua, kota kecil sebagai Ibu Kota Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta). Cuaca waktu itu mulai mendung, tapi tidak ada masalah dengan kami ketika perjalanan sudah memasuki jalan aspal.
Dan hujan pun turun begitu lebat, namun perjalanan kami tidak berhenti. Kami berjalan secara beriringan Mobil Avanza jalan lebih dulu, baru saya menyusul dibelakangnya. Perjalanan lancar untuk beberapa saat.
Hujanpun terus mengikuti kami sepanjang perjalanan. Cuaca mendung, jalan licin, tikungan yang sempit otomatis harus ekstra hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Perjalanan kami pun diatur seaman mungkin.
Perbatasan Palas telah dilewati, dan perjalanan pun dilanjutkan menuju Kabupaten Paluta. Cuaca tidak kunjung membaik, hujan lebat terus mendampingi perjalanan kami. Jalan di Sumatera Utara bagian pinggir memang tidak sebaik jalan di Sumatera Barat dan Aceh.
Permukaan jalan sempit dan banyak lubangnya. Ujian datang saat air meluap ke jalan, tidak tahu mana jalan baik dan berlubang. Memasuki daerah Portibi, mobil saya terperosok di tengah jalan. Mobil saya gak bisa maju ataupun mundur.
Posisi mobil tepat di tengah jalan padahal kondisi jalan sempit, sedikit menikung, dan saat hujan air mengalir deras ke tengah jalan. Otomatis posisi mobil saya menghalangi akses dari depan dan belakang.
Cuaca agak gelap, tidak ada sinyal, dan mobil Avanza telah jauh meninggalkan saya. Akhirnya saya pun berusaha sendiri untuk menyelesaikan mobil yang tersangkut. Beberapa menit saya coba gas-gas dari dalam tanpa turun karena hujannya lebat.
Mobil tak kunjung maju, akhirnya saya coba turun dan periksa kondisi mobilnya. Mesin aman gak terendam, ban belakang aman dan menempel dengan tanah, namun posisinya bagian kaki-kaki ada yang nyangkut di aspal akibat jalan dibagian kanan dan kirinya berlobang.
Sambil ngolong sendiri diambil beberapa batu untuk pijakan ban belakang agar ada tarikan kedepan. Dicoba beberapa kali dengan batu kecil gak berhasil, ban mobil ini tetap selip karena posisi bak mobil kosong.
15 menit berlalu akhirnya Mobil Avanza datang, alhamdulillah dapat bantuan dari kawan-kawan. Kami bertiga akhirnya basah-basahan untuk menyelesaikan mobil saya yang tersangkut. Kanan dan kiri sudah antri mobil yang mau lewat.
Mobil-mobil yang menunggu tidak ada yang mau membantu, soalnya kondisi hujan sangat lebat. Beberapa saat kami berusaha untuk mendongkrak, menambah batu, dan mencoba terus agar kaki-kaki mobilnya bisa lepas.
Lama-kelamaan mobil-mobil yang antri pun merasa iba juga dengan kami yang berjibaku bertiga. Walaupun hujan lebat akhirnya perlahan tapi pasti keluar satu-persatu para sopir dan kernet dari mobil yang mengantri untuk membantu kami.
Banyak orang banyak ide dan banyak tenaga yang bisa dimanfaatkan. Ganjal batu tidak mempan, dicoba diangkat namun berat, dicoba didorong posisi mobil gak bergerak karena kuat sangkutannya. Akhirnya sampai kepada kesepakatan untuk digoyang-goyangkan sambil dinaiki.
Awalnya ide tersebut adak konyol, soalnya kondisi mobil sedang nyangkut dan bikin tambah beban. Namun akhirnya dicoba, kami pun bagi tugas. Ada yang pegang kemudi, ada yang naik ke bak belakang, ada yang mendorong dari sebelah kanan.
Dicoba sekali, dua kali, tiga kali ada kemajuan signifikan. Saat digoyang, kemudian bobotnya cukup, mobil perlahan-lahan manju dan tinggal didorong sedikit mobil akhirnya bisa lepas dari aspal yang menyangkut.
Kami pun berterima kasih banyak kepada mereka yang membantu, namun sebelum berangkat ada abang-abang paruh baya sambil menepuk bahu saya. "Dek kalo mobil Pick Up itu gak boleh kosong baknya, biar ada tenaganya". "Kalo kering aman, tapi kalo basah ntar banyak selipnya - kayak kehidupan kita".
Semua sudah selesai kami pun meninggalkan tempat kejadian. Mobil yang antri perlahan-lahan terpecah satu-persatu. Wejangan Bapak tadi tidak 100% saya resapi, sebatas oh ia Pick Up kosong harus dikasi beban aja.
-----
Setelah sekian lama, bertahun-tahun lalu. Saat buka-buka file lama dan menemukan foto saat survey, saya membayangkan dan ingat kembali pesan Bapak itu. Baru sadar wejangan Bapak itu ada benarnya juga, kehidupan kita, keluarga kita, pekerjaan kita, atau perusahaan kita. Harus diberikan beban berupa target yang ingin dicapai agar tidak seperti Pick Up tadi.
Ibu saya selalu memberi perintah dan target tertentu, bahkan waktu kecil suka di oprak-oprak kalo gak nurut. Saya dari kecil ingin banget keluar dari kampung biar bisa keliling ke tempat baru, alhamdulillah tercapai walau masih jauh dari kata maksimal.
Perusahaan kami pernah menetapkan target tinggi tahun 2012, awalnya dianggap sulit namun dengan usaha bersama, perjuangan bersama, akhirnya target yang tinggi tersebut bisa tercapai dengan baik. Bahkan jika dipikirkan lagi saat ini rasanya pencapaian tersebut sulit dilakukan lagi untuk saat ini, namun ini nyata dan terbukti berhasil.
Hal yang perlu digaris bahawi disini adalah kita semua harus memiliki target. Target tersebut merupakan muatan bagi Pick Up kosong agar tidak selip di jalan saat licin. Target merupakan beban berat namun dapat memperlancar proses kehidupan.
Tubuh kita, fisik kita, bawah sadar kita didesain oleh Tuhan dapat beradaptasi dengan rangsangan yang dihadapi. Jika tidak ada rangsang, kehidupan hanya biasa-biasa saja. Namun jika ada rangsang atau reaksi maka seluruh tubuh kita akan beradaptasi untuk menyelesaikannya. Jika itu diikhtiarkan dengan maksimal, saya yakin dapat tercapai.
Mari kita bebani kehidupan kita dengan cita-cita yang tinggi, ikhtiar dengan maksimal, hasilnya serahkan kepada Allah SWT. Biarkan Dia yang menentukan, manusia hanya bisa berikhtiar. Jangan jadi Pick Up kosong yang sulit saat menempuh jalan licin.
Perjalanan pagi lancar, cuacanya pun mendukung. Seperti perkebunan lainnya, kita harus menempuh jalan tanah untuk masuk ke dalam. Kalau cuaca panas dan kering, sebetulnya tidak ada masalah dengan mobil kami. Namun kalau musim hujan, otomatis mobil yang cocok di jalur ini harus menggunakan mobil 4x4.
Kami pun dapat melewati perjalanan tanah karena waktu itu belum turun hujan. Survey perkebunan telah selesai. Kami pun pulang ke penginapan tanpa ada beban. Anggapan kami sekalipun hujan lebat kalau di jalan aspal akan aman.
Sekitar jam 14.00 kami pun meninggalkan perkebunan tersebut menuju penginapan. Tempat penginapan kami berada di Gunung Tua, kota kecil sebagai Ibu Kota Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta). Cuaca waktu itu mulai mendung, tapi tidak ada masalah dengan kami ketika perjalanan sudah memasuki jalan aspal.
Dan hujan pun turun begitu lebat, namun perjalanan kami tidak berhenti. Kami berjalan secara beriringan Mobil Avanza jalan lebih dulu, baru saya menyusul dibelakangnya. Perjalanan lancar untuk beberapa saat.
Hujanpun terus mengikuti kami sepanjang perjalanan. Cuaca mendung, jalan licin, tikungan yang sempit otomatis harus ekstra hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Perjalanan kami pun diatur seaman mungkin.
Perbatasan Palas telah dilewati, dan perjalanan pun dilanjutkan menuju Kabupaten Paluta. Cuaca tidak kunjung membaik, hujan lebat terus mendampingi perjalanan kami. Jalan di Sumatera Utara bagian pinggir memang tidak sebaik jalan di Sumatera Barat dan Aceh.
Permukaan jalan sempit dan banyak lubangnya. Ujian datang saat air meluap ke jalan, tidak tahu mana jalan baik dan berlubang. Memasuki daerah Portibi, mobil saya terperosok di tengah jalan. Mobil saya gak bisa maju ataupun mundur.
Posisi mobil tepat di tengah jalan padahal kondisi jalan sempit, sedikit menikung, dan saat hujan air mengalir deras ke tengah jalan. Otomatis posisi mobil saya menghalangi akses dari depan dan belakang.
Cuaca agak gelap, tidak ada sinyal, dan mobil Avanza telah jauh meninggalkan saya. Akhirnya saya pun berusaha sendiri untuk menyelesaikan mobil yang tersangkut. Beberapa menit saya coba gas-gas dari dalam tanpa turun karena hujannya lebat.
Mobil tak kunjung maju, akhirnya saya coba turun dan periksa kondisi mobilnya. Mesin aman gak terendam, ban belakang aman dan menempel dengan tanah, namun posisinya bagian kaki-kaki ada yang nyangkut di aspal akibat jalan dibagian kanan dan kirinya berlobang.
Sambil ngolong sendiri diambil beberapa batu untuk pijakan ban belakang agar ada tarikan kedepan. Dicoba beberapa kali dengan batu kecil gak berhasil, ban mobil ini tetap selip karena posisi bak mobil kosong.
15 menit berlalu akhirnya Mobil Avanza datang, alhamdulillah dapat bantuan dari kawan-kawan. Kami bertiga akhirnya basah-basahan untuk menyelesaikan mobil saya yang tersangkut. Kanan dan kiri sudah antri mobil yang mau lewat.
Mobil-mobil yang menunggu tidak ada yang mau membantu, soalnya kondisi hujan sangat lebat. Beberapa saat kami berusaha untuk mendongkrak, menambah batu, dan mencoba terus agar kaki-kaki mobilnya bisa lepas.
Lama-kelamaan mobil-mobil yang antri pun merasa iba juga dengan kami yang berjibaku bertiga. Walaupun hujan lebat akhirnya perlahan tapi pasti keluar satu-persatu para sopir dan kernet dari mobil yang mengantri untuk membantu kami.
Banyak orang banyak ide dan banyak tenaga yang bisa dimanfaatkan. Ganjal batu tidak mempan, dicoba diangkat namun berat, dicoba didorong posisi mobil gak bergerak karena kuat sangkutannya. Akhirnya sampai kepada kesepakatan untuk digoyang-goyangkan sambil dinaiki.
Awalnya ide tersebut adak konyol, soalnya kondisi mobil sedang nyangkut dan bikin tambah beban. Namun akhirnya dicoba, kami pun bagi tugas. Ada yang pegang kemudi, ada yang naik ke bak belakang, ada yang mendorong dari sebelah kanan.
Dicoba sekali, dua kali, tiga kali ada kemajuan signifikan. Saat digoyang, kemudian bobotnya cukup, mobil perlahan-lahan manju dan tinggal didorong sedikit mobil akhirnya bisa lepas dari aspal yang menyangkut.
Kami pun berterima kasih banyak kepada mereka yang membantu, namun sebelum berangkat ada abang-abang paruh baya sambil menepuk bahu saya. "Dek kalo mobil Pick Up itu gak boleh kosong baknya, biar ada tenaganya". "Kalo kering aman, tapi kalo basah ntar banyak selipnya - kayak kehidupan kita".
Semua sudah selesai kami pun meninggalkan tempat kejadian. Mobil yang antri perlahan-lahan terpecah satu-persatu. Wejangan Bapak tadi tidak 100% saya resapi, sebatas oh ia Pick Up kosong harus dikasi beban aja.
-----
Setelah sekian lama, bertahun-tahun lalu. Saat buka-buka file lama dan menemukan foto saat survey, saya membayangkan dan ingat kembali pesan Bapak itu. Baru sadar wejangan Bapak itu ada benarnya juga, kehidupan kita, keluarga kita, pekerjaan kita, atau perusahaan kita. Harus diberikan beban berupa target yang ingin dicapai agar tidak seperti Pick Up tadi.
Ibu saya selalu memberi perintah dan target tertentu, bahkan waktu kecil suka di oprak-oprak kalo gak nurut. Saya dari kecil ingin banget keluar dari kampung biar bisa keliling ke tempat baru, alhamdulillah tercapai walau masih jauh dari kata maksimal.
Perusahaan kami pernah menetapkan target tinggi tahun 2012, awalnya dianggap sulit namun dengan usaha bersama, perjuangan bersama, akhirnya target yang tinggi tersebut bisa tercapai dengan baik. Bahkan jika dipikirkan lagi saat ini rasanya pencapaian tersebut sulit dilakukan lagi untuk saat ini, namun ini nyata dan terbukti berhasil.
Hal yang perlu digaris bahawi disini adalah kita semua harus memiliki target. Target tersebut merupakan muatan bagi Pick Up kosong agar tidak selip di jalan saat licin. Target merupakan beban berat namun dapat memperlancar proses kehidupan.
Tubuh kita, fisik kita, bawah sadar kita didesain oleh Tuhan dapat beradaptasi dengan rangsangan yang dihadapi. Jika tidak ada rangsang, kehidupan hanya biasa-biasa saja. Namun jika ada rangsang atau reaksi maka seluruh tubuh kita akan beradaptasi untuk menyelesaikannya. Jika itu diikhtiarkan dengan maksimal, saya yakin dapat tercapai.
Mari kita bebani kehidupan kita dengan cita-cita yang tinggi, ikhtiar dengan maksimal, hasilnya serahkan kepada Allah SWT. Biarkan Dia yang menentukan, manusia hanya bisa berikhtiar. Jangan jadi Pick Up kosong yang sulit saat menempuh jalan licin.
Join the conversation