Rizki Yang Kecil Kita Tahan, Rizki Yang Besar Kita Lepas

Rezeki kecil yang diambil
Kira-kira kapan uang receh dikeluarin? Mungkin jawabannya sama yaitu saat parkir, saat ada pengamen, saat ada Pak Ogah atau saat ada pengemis.

Untuk ngeluarin uang receh ini kita kadang mikir yang engak-engak. Apalagi saat kita parkir di Indomaret atau Alfamart keanehan muncul ketika kita parkir gak ada siapa-siapa, saat mau pergi tiba-tiba ditagih uang parkir.

Atau hal sebaliknya sudah tertulis "Parkir Gratis" tiba-tiba ada Kang Parkir dengan tampang preman mengatur parkiran dengan ciri khasnya memegang uang receh di tangannya.

 
Uang, 99.co


Melihat kondisi seperti ini kadang jiwa preman ingin rasanya diumbar. Kalo lagi normal sih bisa tahan, tapi kalo sikit error apa lah daya "LAWAN"...hehe...

Cara melawannya kadang-kadang dengan bahasa halus, "Bang maaf saya baru parkir, barang yang dibeli gak ada!". Atau "Bang kok ditagih parkir, kan itu tulisannya gratis". Banyak lagi alasan yang sengaja kita persulit untuk mengeluarkan uang receh.

Begitu juga saat ada pengamen dah kita kasi uang yang wajar malah nyanyi satu album full belum juga bergegas pergi. Kasi kode gak ngerti juga, kalo ditanggapi dengan sensitifitas tinggi sangat mudah untuk menaikan tensi darah.

Kasus diatas juga berlaku saat kita jalan ke kantor, dah grasak-grusuk karena ada dateline. Kemudian di jalan macet, eh pas saat mau putar arah ada Pak Ogah anak muda dengan cat rambut warna-warni ala anak Punk.

Jiwa kebapaan dan jiwa guru BK berontak dalam dada, ingin rasanya memberikan ceramah 4 SKS mengenai P4 dan Kewarganegaraan. Namun apa lah daya tugas di kantor harus segera kita selesaikan. Akhirnya kitapun ikuti lambaian tangan Pak Ogah sambil ngeluarin uang, kalo perlu pecahan yang paling kecil.

Ingin rasanya semua orang itu seiring - sejalan dengan prinsip dan pemikiran kita. Itulah salah satu sifat yang harus didewasakan. Kalo kita gak sadar-sadar, orang lain lah yang menyadarkan kita. Contohnya dibawah ini.

Sudah sekian lama kita lupa akan Kang Parkir, pengamen, Pak Ogah dan Pengemis. Tiba-tiba HP berdering, nampak nomor yang tidak kita kenal. Ya udah kita biarin aja, anggapan kita itu telemarketing dari perusahaan asuransi.

Sekali dibiarkan, eh rupanya masih juga berdering. Yang kedua pun kita biarkan lagi mana tau dia kapok, hp pun mati. Tapi itu belum berakhir, masuklah WA yang berisi "Bro Angkatlah Gua...Si xxxx...(kawan lama), Kau sekarang sombong ya!"...

Ooooh kawan lama, ya udah saya telepon balik deh. Biar jaga silaturahmi ma kangen-kangenan cerita lucu dan gosip semasa sekolah dulu. Ngobrol pun gak kerasa ngaler-ngidul, dari barat sampe timur, dari utara sampai selatan.

Namun sebelum closing salam, ada kalimat yang menggelitik "Bro pinjam uang lah Rp. 600.000,- Gua lagi bokek....bla...bla...". Obrolan pun jadi kecut, sepet macem makan buah kedondong jam 3 pagi.

Namun apalah daya, dia kawan kita, dah kenal baik. Terus ada alasan yang meyakinkan untuk dibantu. Akhirnya jiwa donatur ala-ala politikus yang mendekati pilkada pun keluar. "Kirimin no rekeningmu sini, biar aku bantu". "Done ya, uangnya dah aku kirim!".

"Thanks ya Bro uangnya dah sampe, aman ya minggu depan Gua balikin". "Siiap...". Obrolan pun selesai ditutup dengan salam dan transfer uang.

Waktu seminggu terasa sangat cepat berlalu, namun Kawan Lama ini gak kunjung ngirim balik uang yang sebelumnya dipinjam. Ya udah saya telepon deh, telepon Kawan Lama itu dijawan oleh Mba-mba yang suaranya tak asing lagi: "Nomor yang Anda hubungi sedang berada diluar jangkauan!".

Ya udah kita WA aja, nanyain hal yang sama "Bro cemana uang kemarin dah bisa dibalikin?". Sudah pasti di-readnya cepet, dibalasnya lama. Baru dibalas "Sorry Bro, Gua lagi sibuk....bla...bla..." dan uang pun gak kembali.

Sekali-duakali-tiga kali, ya udah ikhlaskan saja. Sambil mikir + cocokologi dengan kejadian sebelum-sebelumnya apa punya dosa gitu. Kalo dosa sih kayaknya terkontrol, kalo PELIT sepertinya FAKTA valid 100%.

Pelit gimana, ya sama orang-orang dan lingkungan yang mungkin kita anggap sepele seperti Kang Parkir, pengamen, Pak Ogah, dan pengemis. Saya jadi mikir, bener juga kadang ngeluarin Rp. 2.000 - 5.000,- mikir, pikian kita banyak ngomong "Jangan-jangan....".

Belum lagi pas ke masjid ada kotak amal hanya sekali diisi dengan uang Rp. 2.000,- yang lusuh padahal selama seminggu melewatinya sebanyak 35x. Banyak lagi kasus lain yang tidak bisa ditulis satu-persatu.

Jika kita menggunakan prinsip zakat, infak, dan sedekah...maka uang yang kita keluarkan akan Allah SWT balas dengan rezeki yang tidak terduga. Begitu juga dengan hal sebaliknya, kita sulit mengeluarkan harta maka Allah SWT akan ambil dengan cara yang tidak terduga pula.

Deng...baru nyadar. Suliiiit ngeluarin Rp. 1.000,- eh yang diambil dari harta kita Rp. 600.000,-. Mungkin itu juga berlaku sesuai dengan level sosial-ekonomi individu masing-masing (kemampuan). Memang ini bukan rumus matematika atau sains, tidak dapat dihitung berdasarkan rumus tertentu.

Awalnya kita pengen hemat, logis, mendidik, dan tidak sembarangan dalam masalah keuangan. Eh disisi lain ada pelajaran yang mendidik kita bahwa uang (harta) itu benar-benar titipan. Kembali ke contoh Kang Parkir tadi di atas jadi jangan pelit / kikir biar rezeki kita gak diambil oleh Allah SWT.

-----

Teman-teman pernah mengalami hal di atas, kita tahan rezeki yang sepele...namun rezeki besar kita diambil oleh Allah SWT? Apa lah itu hilang, kecurian, dipinjam dll...hehe...

Semoga kita bagian dari orang-orang yang ditambah keberkahan, kenikmatan, dan rezeki yang baik oleh Allah SWT...aamiin