Burung Nakal, Kenapa Kok Kami Yang Kena Kotoranmu
Ini adalah pengalaman kami saat tinggal di Medan tahun 2015 silam. Apa cerita? cerita kami saat jalan-jalan dan diuji tingkat keyakinannya masing-masing.
Yakin disini tentunya sama apapun yang ada dalam kehidupan kita, tapi yang pasti keyakinan tertinggi kita tentunya kepada Tuhan, Allah SWT.
-----
Hari Minggu bagi karyawan seperti kami, tentunya hari yang luar biasa untuk istri dan anak-anak. Hari minggu gimana caranya buat nyenengin mereka semua. Tinggal setting aja apa yang mereka mau, kalau sudah disepakati langsung kita bisa jalan.
Hari Minggu waktu itu cuaca memang gak begitu cerah, mendung-mendung sikit. Dua minggu sebelumnya memang ada rencana jalan ke Berastagi. Apalah daya cuaca kurang mendukung akhirnya kita rembukan untuk rubah rencana.
Kami pun sepakat untuk jalan ke tempat yang deket-deket aja dari rumah. Tempat yang kami pilih yaitu taman burung di Perumahan Cemara Asri. Tempat ini luas bagus buat anak-anak gerak, selain daripada itu di sini ada hiburan binatang seperti kolam ikan, ular, burung merpati dan bangau liar.
Kami bertiga tentunya semangat, tapi istri saya agak kurang pas sepertinya. Namun karena suara terbanyak sudah keluar akhirnya sambil nyengir dikit ikut voting terbanyak. Walaupun sedikit enggan akhirnya kami berangkat juga.
Jam 14.00 kami sudah berangkat biar gak terlalu sore. Istri saya memang gak terlalu suka akan binatang, apalagi yang jorok-jorok. Dan terbukti dengan ucapannya, ia sangat khawatir dengan poop burung.
Kami pun tetap jalan, karena anak-anak semangat banget. Sambil jalan kami pun coba menghibur istri saya yang tetap kurang yakin dengan kondisi di sana. Sambil sedikit cemberut akhirnya kami sepakat untuk memaksimalkan liburan di sana.
Tidak terasa perjalanan 30 menit telah dilewati dengan lancar. Kita pun sampai di tempat tujuan tepat waktu. Wah senengnya liat anak-anak yang begitu semangat ingin melihat ikan dan burung.
Kami pun memilih tempat yang lebih sepi walaupun jaraknya agak jauh dari danau tempat burung-burung dan binatang lainnya. Tujuan kami biar ada sedikit gerak, biasanya kebanyakan duduk ini lah kesempatan untuk bakar lemak dikit-dikit.
Setelah kendaraan aman, anak-anak pun berhamburan ke luar, lari kesana-kemari sambil liat burung-burung yang banyak di tengah danau.
Langkah pertama kami membeli pelet (pakan ikan), biar anak-anak anteng ngasi makan ikan. Kami biarkan dia sendiri melemparkan dan melihat ikan-ikan yang sibuk menyantap makanan. Besar harapan kedepannya mereka menjadi anak yang menyayangi sesama termasuk sayang dengan binatang.
Kami bertiga sibuk kesana-kemari, rupanya masalah tadi belum kelar juga. Istri saya dengan sengaja jalan lebih belakang dan menghindari rimbun pohon yang diatasnya banyak burung. Seperti pembicaraan sebelumnya ia jijik dengan poop binatang.
Ya sudah lah kami ikhlaskan saja, yang penting anak-anak senang. Kami pun sibuk melihat-lihat ikan, burung bangau, dan ular yang ada di sekitar danau. Lokasinya bagus banyak pohon yang rindang dan udaranya bersih.
Kami tidak ada sedikitpun rasa takut duduk dibawah pohon yang diatasnya banyak burung. Begitu juga dengan pengunjung lain yang sama menikmati pohon rindang dan memberi makan ikan yang banyak di kolam.
Setelah saya perhatikan istri saya cuma duduk di bangku dekat ruko. Memang di situ tempat yang paling aman dan jauh dari jangkauan binatang. Memang sengaja ia menjauh dari pohon-pohon yang banyak burung di atasnya.
Rasanya kurang lengkap kalo kami tidak berswafoto untuk mengabadikan kebahagiaan bareng anak-anak. Cekrek-cekrek dengan berbagai posisi kita mainkan bertiga.
Naluri perempuan rupanya tidak tahan dengan sebuah kamera. Perlahan dengan pasti istri saya bangkit dari duduknya yang sudah sekian lama terpatri di pinggir ruko. Berjalan hati-hati sambil memperhatikan pohon-pohon yang banyak dihinggapi banyak bangau.
Ia jalan melipir sengaja menghindari pohon yang rindang. Tidak berapa lama akhirnya ia sampai ke tempat kami. Kami pun senang, dan langsung Cekrek-cekrek. Namun dalam hitungan Cekrek ketiga, peristiwa yang tidak diinginkan istri saya terjadi.
Bahu kanannya kena poop burung. Sudah dapat dipastikan, nangis dalam hati, remuk asanya, karena apa yang dihindarinya nyata terjadi. Beberapa saat kami bertiga saling tatapan, satu menit berikutnya saya gak kuat nahan tawa.
Rasanya perut ini sakit nahan tawa yang sulit dibendung. Sekuat tenaga ditahan karena ini urusan sakit hati dan keharmonisan pada saat pulang nanti. Ya ini lah ujian yang terjadi pada istri saya. Apa yang ditanamkan dalam bawah sadarnya, Allah kasi langsung.
Dari ratusan pohon yang banyak burungnya, dari ratusan pengunjung yang duduk dibawah pohon yang banyak burungnya, kok kenapa istri saya yang kena? Kami beritiga aja sudah berjam-jam duduk tidak sama sekali poop burung itu jatuh ke tubuh.
Itu lah Qada dan Qadar setiap orang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Itu lah ujian kecil bagi mereka yang penuh kekhawatiran dalam kehidupan. Ini hal yang kecil, kami yakin begitu juga dengan hal yang besar, manusia tugasnya bagaimana memaksimalkan ikhtiar, yakin kepada Allah SWT, dan selalu berdoa agar dilancarkan.
Akibat kasus ini sudah dapat dipastikan, efeknya merembet ke semua. Mulai yang sibuk mencari air, mencari tissue, mencari tempat yang jauh dari pohon, dan menentukan keputusan berikutnya.
Sambil menghibur akhirnya helai per helai tissue saya usapkan ke pundak istri saya yang kena poop burung sambil senyum-senyum sendiri. Beberapa saat akhirnya selesai juga tugas yang tak terduga ini. Kami pun putuskan untuk langsung pulang karena pestanya bubar akibat poop burung.
Itulah sepenggal cerita kami mengenai ujian kecil yang Allah SWT berikan kepada kami. Intinya jangan takut, tenang, ikhlas, kita maksimalkan di ikhtiarnya biarkan Allah SWT yang mengatur semuanya.
Sambil pulang akhirnya saya bisa sedikit senyum karena ada candaan sama istri saya. "Pesta bubar akibat ulah burung nakal". Istri saya pun senyum hampa, abis kena batunya.
-----
Apakah ada yang pernah mengalaminya?
Yakin disini tentunya sama apapun yang ada dalam kehidupan kita, tapi yang pasti keyakinan tertinggi kita tentunya kepada Tuhan, Allah SWT.
-----
Hari Minggu bagi karyawan seperti kami, tentunya hari yang luar biasa untuk istri dan anak-anak. Hari minggu gimana caranya buat nyenengin mereka semua. Tinggal setting aja apa yang mereka mau, kalau sudah disepakati langsung kita bisa jalan.
Hari Minggu waktu itu cuaca memang gak begitu cerah, mendung-mendung sikit. Dua minggu sebelumnya memang ada rencana jalan ke Berastagi. Apalah daya cuaca kurang mendukung akhirnya kita rembukan untuk rubah rencana.
Ilustrasi Bangau | Mongabay |
Kami pun sepakat untuk jalan ke tempat yang deket-deket aja dari rumah. Tempat yang kami pilih yaitu taman burung di Perumahan Cemara Asri. Tempat ini luas bagus buat anak-anak gerak, selain daripada itu di sini ada hiburan binatang seperti kolam ikan, ular, burung merpati dan bangau liar.
Kami bertiga tentunya semangat, tapi istri saya agak kurang pas sepertinya. Namun karena suara terbanyak sudah keluar akhirnya sambil nyengir dikit ikut voting terbanyak. Walaupun sedikit enggan akhirnya kami berangkat juga.
Jam 14.00 kami sudah berangkat biar gak terlalu sore. Istri saya memang gak terlalu suka akan binatang, apalagi yang jorok-jorok. Dan terbukti dengan ucapannya, ia sangat khawatir dengan poop burung.
Kami pun tetap jalan, karena anak-anak semangat banget. Sambil jalan kami pun coba menghibur istri saya yang tetap kurang yakin dengan kondisi di sana. Sambil sedikit cemberut akhirnya kami sepakat untuk memaksimalkan liburan di sana.
Tidak terasa perjalanan 30 menit telah dilewati dengan lancar. Kita pun sampai di tempat tujuan tepat waktu. Wah senengnya liat anak-anak yang begitu semangat ingin melihat ikan dan burung.
Kami pun memilih tempat yang lebih sepi walaupun jaraknya agak jauh dari danau tempat burung-burung dan binatang lainnya. Tujuan kami biar ada sedikit gerak, biasanya kebanyakan duduk ini lah kesempatan untuk bakar lemak dikit-dikit.
Setelah kendaraan aman, anak-anak pun berhamburan ke luar, lari kesana-kemari sambil liat burung-burung yang banyak di tengah danau.
Langkah pertama kami membeli pelet (pakan ikan), biar anak-anak anteng ngasi makan ikan. Kami biarkan dia sendiri melemparkan dan melihat ikan-ikan yang sibuk menyantap makanan. Besar harapan kedepannya mereka menjadi anak yang menyayangi sesama termasuk sayang dengan binatang.
Kami bertiga sibuk kesana-kemari, rupanya masalah tadi belum kelar juga. Istri saya dengan sengaja jalan lebih belakang dan menghindari rimbun pohon yang diatasnya banyak burung. Seperti pembicaraan sebelumnya ia jijik dengan poop binatang.
Ya sudah lah kami ikhlaskan saja, yang penting anak-anak senang. Kami pun sibuk melihat-lihat ikan, burung bangau, dan ular yang ada di sekitar danau. Lokasinya bagus banyak pohon yang rindang dan udaranya bersih.
Kami tidak ada sedikitpun rasa takut duduk dibawah pohon yang diatasnya banyak burung. Begitu juga dengan pengunjung lain yang sama menikmati pohon rindang dan memberi makan ikan yang banyak di kolam.
Setelah saya perhatikan istri saya cuma duduk di bangku dekat ruko. Memang di situ tempat yang paling aman dan jauh dari jangkauan binatang. Memang sengaja ia menjauh dari pohon-pohon yang banyak burung di atasnya.
Rasanya kurang lengkap kalo kami tidak berswafoto untuk mengabadikan kebahagiaan bareng anak-anak. Cekrek-cekrek dengan berbagai posisi kita mainkan bertiga.
Naluri perempuan rupanya tidak tahan dengan sebuah kamera. Perlahan dengan pasti istri saya bangkit dari duduknya yang sudah sekian lama terpatri di pinggir ruko. Berjalan hati-hati sambil memperhatikan pohon-pohon yang banyak dihinggapi banyak bangau.
Ia jalan melipir sengaja menghindari pohon yang rindang. Tidak berapa lama akhirnya ia sampai ke tempat kami. Kami pun senang, dan langsung Cekrek-cekrek. Namun dalam hitungan Cekrek ketiga, peristiwa yang tidak diinginkan istri saya terjadi.
Bahu kanannya kena poop burung. Sudah dapat dipastikan, nangis dalam hati, remuk asanya, karena apa yang dihindarinya nyata terjadi. Beberapa saat kami bertiga saling tatapan, satu menit berikutnya saya gak kuat nahan tawa.
Rasanya perut ini sakit nahan tawa yang sulit dibendung. Sekuat tenaga ditahan karena ini urusan sakit hati dan keharmonisan pada saat pulang nanti. Ya ini lah ujian yang terjadi pada istri saya. Apa yang ditanamkan dalam bawah sadarnya, Allah kasi langsung.
Dari ratusan pohon yang banyak burungnya, dari ratusan pengunjung yang duduk dibawah pohon yang banyak burungnya, kok kenapa istri saya yang kena? Kami beritiga aja sudah berjam-jam duduk tidak sama sekali poop burung itu jatuh ke tubuh.
Itu lah Qada dan Qadar setiap orang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Itu lah ujian kecil bagi mereka yang penuh kekhawatiran dalam kehidupan. Ini hal yang kecil, kami yakin begitu juga dengan hal yang besar, manusia tugasnya bagaimana memaksimalkan ikhtiar, yakin kepada Allah SWT, dan selalu berdoa agar dilancarkan.
Akibat kasus ini sudah dapat dipastikan, efeknya merembet ke semua. Mulai yang sibuk mencari air, mencari tissue, mencari tempat yang jauh dari pohon, dan menentukan keputusan berikutnya.
Sambil menghibur akhirnya helai per helai tissue saya usapkan ke pundak istri saya yang kena poop burung sambil senyum-senyum sendiri. Beberapa saat akhirnya selesai juga tugas yang tak terduga ini. Kami pun putuskan untuk langsung pulang karena pestanya bubar akibat poop burung.
Itulah sepenggal cerita kami mengenai ujian kecil yang Allah SWT berikan kepada kami. Intinya jangan takut, tenang, ikhlas, kita maksimalkan di ikhtiarnya biarkan Allah SWT yang mengatur semuanya.
Sambil pulang akhirnya saya bisa sedikit senyum karena ada candaan sama istri saya. "Pesta bubar akibat ulah burung nakal". Istri saya pun senyum hampa, abis kena batunya.
-----
Apakah ada yang pernah mengalaminya?
Join the conversation