Natal, Jauh Namun Dekat di Hati

Inilah kisahku tentang mandailing natal
Saya diingatkan kembali dengan tulisan di Facebook 2 tahun lalu tentang Perjalanan ke Kecamatan Natal. Kecamatan Natal merupakan salah satu wilayah dari Kabupaten Mandailing Natal yang berada di Pantai Barat.

Ini mengingatkan betapa besar rizki yang telah Allah SWT berikan kepada saya, ya sambil rehat sejenak saya coba merenungkan kembali perjalanan ke Sumatera 7 tahun yang lalu.  

Sketsa Masjid Raya Madina

"Betapa bersyukurnya saya"... 

Mengingat dulu pertama ke Sumatera tempat kerja (Des, 2009), ada namanya daerah Natal (ini merupakan kota kecamatan yang terletak di Pantai Barat Sumatera Utara). Home base saya di Padangsidempuan, jarak tempuh ke Natal selama 163 KM selama 3 jam itu pun kalau ditempuh dengan lancar. 

Natal, sebagian orang menganggap daerahnya masih sangar, masih kental akan magis dan mistis, dan setiap orang yang datang harus hati-hati akan perampok yang mungkin deatang menghadang. Namun karena ini merupakan area coverage saya, ini menjadi tanggung jawab untuk dilakukan monitoring. Memang sebelumnya saya sudah mempelajari area coverage daerah Natal dari rekan kantor, namun informasinya hanya garis besar saja. 

Longsor 

Berangkat dari Sidempuan Rabu sore, sampai di Panyabungan (Ibu Kota Kabupaten Mandailing Natal) sekitar jam 5. Karena dikejar target malam sudah ada di Natal akhirnya perjalanan terus dilanjutkan. Perjalanan pada saat itu kondisinya hujan gerimis dan berkabut. Namun perjalanan jadi semakin lambat karena kondisi cuaca, perlahan tapi pasti walau jarak pandang hanya 3 meter saya melewati lembah gunung Sorik Merapi untuk pertama kali. 

Perjalanan dilanjutkan, semakin ke atas semakin gelap dan semakin hutan belantara. Jalannya kurang bagus, kanan-kiri gelap, jarak pandang pendek...cukup menegangkan bagi saya seorang diri dan pertamakali menginjakan kakai di daerah ini. Sampailah di Sopo Tinjak (puncak tertinggi di daerah Natal, tempat orang beristirahat sejenak). 

Perjalanan dilanjutkan, dimana sebelumnya menaiki gunung sekarang sebaliknya menuruni gunung. Perjalanan menurun dan berkelok-kelok, jalannya sempit hanya cukup 2 mobil (apabila berpapasan mobil 1 harus berhenti, bahkan ada sebagian mobil yang harus mundur untuk mendapatkan ruang yang cukup luas). 

Perjalanan terus dilajutkan akhirnya jam 21.00 sampai di Natal, sesuai dengan arahan kawan-kawan di kantor menginap di Mes Natal. Pada saat berjumpa dengan petugas, dia bertanya "Dari mana Abang?" saya jawab, dari Padangsidempuan. Dia menatap saya sambil bilang "Alhamdulilah ya lancar"....Saya gak banyak tanya, langsung masuk ke kamar. Namun sebelum tidur kepikiran juga dengan pembicaraan tadi, tentang pernyataan "LANCAR"...jangan-jangan ada apa... 

Esok harinya seperti target sebelumnya keliling Natal untuk melihat situasi dan mencari tahu gimana kondisi Natal. Cuacanya cerah dan pantai Natal cukup cantik, ombaknya sedang lautnya lepas warna biru. Sore hari, kembali ke Mes untuk menginap malam terakhir. 

Pagi yang cerah, cuaca sangat bagus tidak ada awan sama sekali. Untuk mengejar waktu perjalanan dari Natal start jam 9.00 menuju Padangsidempuan. Tanpa ada rasa curiga dengan pernyataan sebelumnya perjalanan terus dilanjutkan. Betapa senangnya melihat pemandangan di kanan dan kiri terlihat hijau, udara pegunungan yang segar, kicau burung terdengar indah. 

Perjalanan pun mulai memasuki daerah Sopo Tinjak, jalannya mulai menanjak, maklum memasuki puncak gunung. Konsentrasi mulai ditingkatkan, focus kedepan, jalan dilalui dengan hati-hati. Semakin ke atas mulai lah terlihat jelas kanan kiri jurang curam yang tingginya kurang lebih 300M. Gas pun diturunkan, semakin hati-hati mengarungi perjalanan yang berliku. Sampailah dipuncak Sopo Tinjak, disini ada warung tempat istirahat. Akhirnya saya beristirahat sambil berfikir tentang pernyataan petugas Mes. 

Ooh rupanya ini ya yang dibilang "Alhamdulilah ya lancar"....lantas saya berfikir lagi, ini baru setengah perjalan, gimana perjalanan dari Sopo Tinjak ke Lembah Sorik Merapi? Secangkir kopi hitam diminum kurang lebih setengah jam kafeinnya sudah mulai masuk ke pembuluh darah. Badan sudah fit lagi, mata tidak ngantuk, rasa khawatir dan deg-degan mulai hilang. Akhirnya perjalanan dilajutkan.

Sekarang perjalananya menurun dan berkelok-kelok. Rupanya jurang yang sama pun terlihat jelas apalagi bahu jalannya banyak yang tergerus longsor, jalan semakin sempit dan aspal jalan rapuh. Saya jadi semakin hati-hati sambil membayangkan, jikalau malam kemarin saya lepas control mobil saya masuk jurang mungkin saja pulang hanya tinggal nama. 

Singkat cerita, perjalanan pun alhamulilah selamat sampai rumah. Sambil beristirahat melihat istri dan anak, betapa bersyukurnya saya...Tuhan telah memberikan kelancaran dan keselamatan. Sudah 5 tahun sejak perjalanan itu...namun masih dekat di mata kelokan jalan sempit dan jurang curam yang menganga. 

Terimkasih Ya Allah SWT, Engkau telah memberikan kesehatan, kekuatan, kelancaran, dan rizki yang baik. Sehingga kami masih bisa menikmati hidup dan bersyukur kepada Mu.
"Ketidak tahuan, bukan berarti suatu kebodohan".